Tirta Empul
Pura Tirta Empul sebagai peninggalan Kerajaan di Bali,
salah satu dari beberapa peninggalan purbakala yang menarik
untuk disaksikan dan diketahui di desa ini. Disebelah Barat
Pura tersebut pada ketinggian adalah Istana Presiden yang
dibangun pada pemerintahan Presiden Soekarno.
Mengenai nama pura ini kemungkinan besar diambil dari nama
mata air yang terdapat didalam pura ini yang bernama Tirta
Empul seperti yang telah disebutkan diatas. Secara etimologi
bahwa Tirta Empul artinya air yang menyembur keluar dari
tanah. Maka Tirta Empul artinya adalah air suci yang menyembur
keluar dari tanah.
Air Tirta Empul mengalir ke sungai Pakerisan. Sepanjang
aliran sungai ini terdapat beberapa peninggalan purbakala.
Pendirian pura ini diperkirakan pada tahun 960 A.D. pada
jaman Raja Chandra Bhayasingha dari Dinasti Warmadewa. Seperti
biasa pura – pura di Bali, pura ini dibagi atas Tiga
bagian yang merupakan Jaba Pura (HaLaman Muka), Jaba Tengah
(Halaman Tengah) dan Jeroan (Halaman Dalam).
Pada Jaba Tengah terdapat 2 (dua) buah kolam persegi empat panjang dan kolam tersebut mempunyai 30 buah pancuran yang berderet dari Timur ke Barat menghadap ke Selatan. Masing – masing pancuran itu menurut tradisi mempunyai nama tersendiri diantaranya pancuran Pengelukatan, Pebersihan, Sudamala dan Pancuran Cetik (Racun).
Pancuran Cetik dan nama Tirta Empul ada hubungannya dengan
mitologi yaitu pertempuran Mayadenawa Raja Batu Anyar (Bedahulu)
dengan Bhatara Indra.
Dalam mitologi itu diceritakan bahwa Raja Mayadenawa bersikap
sewenang – wenang dan tidak mengijinkan rakyat untuk
melaksanakan upacara – upacara keagamaan untuk mohon
keselamatan dari Tuhan Yang Maha Esa. Setelah perbuatan
itu diketahui oleh Para Dewa, maka para dewa yang dikepalai
oleh Bhatara Indra menyerang Mayadenawa.
Akhirnya Mayadenawa dapat dikalahkan dan melarikan diri
sampailah disebelah Utara Desa Tampak siring.
Akibatnya kesaktiannya Mayadenawa menciptakan sebuah mata
air Cetik (Racun) yang mengakibatkan banyaknya para laskar
Bhatara Indra yang gugur akibat minum air tersebut. Melihat
hal ini Bhatara Indra segera menancapkan tombaknya dan memancarkan
air keluar dari tanah (Tirta Empul) dan air Suci ini dipakai
memerciki para Dewa sehingga tidak beberapa lama bisa hidup
lagi seperti sedia kala.
|
0 komentar:
Posting Komentar